Sabtu, 31 Oktober 2009

Cempedak..oh Cempedak..


Hidung sebenarnya masih mampat, namun ketika memasuki pintu sebuah supermarket bau durian mendesak di sela2 penciuman. Saya hampiri sumber bau dan benar saja sebuah durian montong terbelah disana. Tapi bukan, bau ini saya kenal tapi bukan durian!! Beberapa langkah menuju tempat yang diperkirakan sumber bau..nah ini dia!Cempedak!!

Membaui cempedak serasa menguak lagi memori lama. Belasan tahun lalu di Tenggarong KuKar sana, saya dan beberapa teman kecil melahap rakus buah ini. Tak perlu kami beli, hutan kecil di sebelah kuburan dekat rumah kami menyediakannya, matang di pohon pula, walau sedikit "kopek" bekas dicicip kelelawar. Namanya anak2, mana kami peduli! Dan bukan hanya cempedak, ada rambai, langsat, bahkan durian.

Back to the fruit of the day!

Cempedak adalah buah yang berbentuk mirip nangka namun dengan ukuran yg lebih ramping dan kecil. Di tanah Kalimantan sana buah ini melimpah ruah di musimnya. Berbeda dengan cempedak yg saya beli dari supermarket yang isinya berwarna putih pucat (saya rasa karna dipanen sebelum waktunya) dan bertekstur halus seperti sirsak, cempedak dari kalimantan lebih kekuningan dan "firm". Rasa manisnya pas, tidak terlalu "nyelekit". Yang pasti aromanya khas dan bisa membaui seluruh rumah jika lama dibiarkan. Jadi, segera "habisi" saja.
Selain bisa dimakan langsung, bisa juga di goreng dengan adonan tepung (seperti adonan tepung pisang goreng), tentu saja setelah memisahkan cempedak dengan kulit dan bijinya. Jangan buang jarami/kulitnya, karna bagian ini jg bisa di goreng setelah direndam larutan garam semalaman. Yang ini dimakan sebagai lauk nasi. Hati-hati ini asinnn!tapi memang begitulah orang tua kami dlu mengolahnya. Pantas saja harus dengan nasi.


mbah jambrong mencak mencak
eh dia muter ksna ksini
cempedak..oh cempedak..
aromamu syerrr..bikin ngangeni..
hihi^.^

(agak maksa ya..hehe =p)

---dr FB,Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar