Minggu, 12 Mei 2013

Rumitnya Bubur Ayam Zaenal, Dago, Bandung

Seorang kawan lama pernah bercerita tentang lezatnya semangkuk bubur ayam zaenal ketika kami sedang makan bubur ayam pak amid. Lidah saya terlalu lama terbuai dengan si kalem bubur ayam pak amid sepertinya, hingga jika coba bertualang dengan bubur ayam lain, tetap ke pak amidlah saya pulang.
Pagi tadi, setelah berkeliling kota dengan sepeda, saya berkesempatan mencoba bubur ayam zaenal. Saya memesan porsi kecil bubur ayam ati ampela, tanpa cakue seperti biasa. Pesanan datang, sayangnya saya "kebelet laper" jd tak sempat mengambil gambar. Yang pertama saya lakukan adalah mencari, dimana buburnya?karena di atas mangkuk meriah dengan kondimen ayam suir, emping, ati ampela. Saya pinggirkan sebisanya untuk menyendok bubur. Yes, dapat! Hmmm..benar cerita kawan saya, buburnya digodog dengan santan, ada sensasi gurih dan gosong namun tetap enak. Gurih yang bukan dari kaldu ayam seperti bubur pada umumnya. Kemudian saya merasa bubur ini rumit, ramai, seperti pasar malam. Bubur yang gurih, ayam, ati ampela, dan emping yang melimpah, belum lagi kecap, sambal, merica, kecap asin, dan kecap ikan yang disediakan di meja. Ini rumit, kerumitan yang enak. Suatu hari kamu harus mencoba. Tapi saya mau pulang, pulang ke pak amid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar